Meski ada lahar dingin, Candi Morangan sementara ini aman
ENDARSO WICAKSONO - GUDEGNET
Bingung Sabtu atau minggu depan ingin dihabiskan liburan kemana? tempat yang satu ini bisa menjadi acuan Anda untuk berkunjung ke Candi Morangan yang terletak di Dusun Morangan, Sindumartani, Ngemplak, Kab. Sleman, Yogyakarta. Candi ini merupakan tempat ibadah umat Hindu yang dibangun diabad ke-9 dan ke-10 pada zaman Mataram Kuno.Bangunan candi yang terdiri dari candi induk dan candi perwara ini terbuat dari bahan batu andesit. Saat ditemukan pada tahun 1982, candi tersebut terpendam sedalam 6.5 meter dibawah permukaan tanah.
Sebelum lebih lanjut menceritakan candi ini, Anda bisa berkunjung ke candi itu dengan mengkases jalan dari Kota Yogyakarta menuju jl Solo. Di percabangan jalan menuju Kaliurang dan Cangkringan, Anda harus mengambil jalan ke arah Cangkringan. Dari Jl. Cangkringan, sekitar km 24 akan bertemu dengan Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar.
Dari Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar tersebut Anda bisa mengambil jalan kekiri kemudian 300 meter kemudian akan bertemu dengan papan yang menunjukkan ke Candi Morangan.
Candi yang lokasinya berdekatan dengan Kali Gendol ini terdapat arca yoni dan patung resi serta sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Candi induk sendiri posisinya menghadap ke barat, memiliki 1 bilik dan berdenah bujur sangkar dengan ukuran 7,95 m x 7,95 m.
Candi Morangan juga memiliki selasar yang lebarnya 90 meter. Profil candi itu terdiri atas sisi genteng belah rotan, bingkai persegi, serta takuk ganda. Secara lengkap candi induk terdiri atas kaki, tubuh serta atap candi. Dalam Agama Hindu, pembagian atas 3 tersebut memiliki arti alam, yaitu bhurloka, bhuvarloka dan svarloka.
Bila Anda jeli, banyak relief yang bisa Anda nikmati pada bagian batang kaki, batang tubuh candi yang terletak dintara perbingkaian atas dan perbingkaian bawah.
Candi perwara sendiri menghadap kearah timur. Ukurannya adalah 4 x 4. Sesuatu yang membedakan Candi Morangan dengan candi yang lain adalah panel relief yang merupakan bagian dari cerita Tantri Kamandaka tentang seekor Harimau yang tertipu oleh seekor kambing, karena selama ini relief itu hanya ditemukan pada candi untuk Agama Budha.
Lokasi yang berdekatan dengan Kali Gendol sebenarnya sangat rentan dengan luapan lahar dingin, namun pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman masih tetap beracuan pada informasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian yang dimana pergerakan aliran air kali Gendol terpantau lambat sehingga masih dalam batas normal dan aman. (Budi W - Gudegnet)
Sebelum lebih lanjut menceritakan candi ini, Anda bisa berkunjung ke candi itu dengan mengkases jalan dari Kota Yogyakarta menuju jl Solo. Di percabangan jalan menuju Kaliurang dan Cangkringan, Anda harus mengambil jalan ke arah Cangkringan. Dari Jl. Cangkringan, sekitar km 24 akan bertemu dengan Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar.
Dari Balai Unit Kerja Budidaya Air Tawar tersebut Anda bisa mengambil jalan kekiri kemudian 300 meter kemudian akan bertemu dengan papan yang menunjukkan ke Candi Morangan.
Candi yang lokasinya berdekatan dengan Kali Gendol ini terdapat arca yoni dan patung resi serta sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Candi induk sendiri posisinya menghadap ke barat, memiliki 1 bilik dan berdenah bujur sangkar dengan ukuran 7,95 m x 7,95 m.
Candi Morangan juga memiliki selasar yang lebarnya 90 meter. Profil candi itu terdiri atas sisi genteng belah rotan, bingkai persegi, serta takuk ganda. Secara lengkap candi induk terdiri atas kaki, tubuh serta atap candi. Dalam Agama Hindu, pembagian atas 3 tersebut memiliki arti alam, yaitu bhurloka, bhuvarloka dan svarloka.
Bila Anda jeli, banyak relief yang bisa Anda nikmati pada bagian batang kaki, batang tubuh candi yang terletak dintara perbingkaian atas dan perbingkaian bawah.
Candi perwara sendiri menghadap kearah timur. Ukurannya adalah 4 x 4. Sesuatu yang membedakan Candi Morangan dengan candi yang lain adalah panel relief yang merupakan bagian dari cerita Tantri Kamandaka tentang seekor Harimau yang tertipu oleh seekor kambing, karena selama ini relief itu hanya ditemukan pada candi untuk Agama Budha.
Lokasi yang berdekatan dengan Kali Gendol sebenarnya sangat rentan dengan luapan lahar dingin, namun pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman masih tetap beracuan pada informasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian yang dimana pergerakan aliran air kali Gendol terpantau lambat sehingga masih dalam batas normal dan aman. (Budi W - Gudegnet)
0 comments:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.